Purwokerto (15/06) – Persoalan akreditasi tampaknya masih menjadi hambatan bagi sebagian madrasah di Kabupaten Banyumas ketika akan menerapkan kurikulum 2013. Padahal Kementerian Agama (Kemenag) mendorong agar madrasah menggunakan kurikulum tersebut.
Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Banyumas, Bambang Sucipto melalui Kasi Pendidikan Madrasah, Ibnu Asaddudin, mengungkapkan ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi madrasah ketika akan menggunakan kurikulum terbaru tersebut.
Di antaranya sudah terakreditasi A, jumlah guru yang telah mengikuti bimbingan teknis (bintek) minimal 75 persen, buku penunjang kurikulum 2013 harus terpenuhi minimal 1:2 (satu buku untuk dua siswa), serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan harus mendukung.
Namun dari beberapa persyaratan tersebut, ada syarat yang sulit dipenuhi bagi sebagian madrasah, khususnya jenjang Madrasah Aliyah (MA) swasta, yakni akreditasi A. “Di Kabupaten Banyumas sampai sekarang belum ada MA swasta yang sudah terakreditasi A,” katanya.
Kendati demikian, pada tahun pelajaran 2014/2015 lalu, setidaknya sudah ada lima madrasah yang menerapkan kurikulum 2013 secara total, baik untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam, bahasa Arab dan mata pelajaran umum.
Kelima madrasah tersebut, antara lain MIN Purwokerto, MTsN Model Purwokerto, MI Ma’arif NU 1 Pageraji, MI Ma’arif NU Singasari Karanglewas dan MTs Ma’arif NU 1 Wangon.
Kemudian pada tahun pelajaran 2015/2016 (tahun ini), jumlahnya bertambah tujuh madrasah, sehingga totalnya menjadi 12 madrasah. Madrasah-madrasah tersebut antara lain MAN Purwokerto 1, MAN Purwokerto 2, MAN Sumpiuh, MTsN Tambak, MTsN Sumbang, MIN Karangsari, MIN Watuagung Tambak.
Bahkan, kata Ibnu, saat ini ada dua Madrasah Ibtidaiyah (MI) swasta yang mengusulkan untuk menerapkan kurikulum 2013. Kedua madrasah tersebut adalah MI Ma’arif NU 1 Dawuhan Wetan Kedungbanteng dan MI Ma’arif Al Falah Tinggarjaya.
”Sebenarnya masih ada beberapa madrasah yang juga mengusulkan, namun terbentur dana BOS sudah dialokasikan untuk pengadaan buku KTSP, sehingga tidak berani mengajukan diri menerapkan kurikulum 2013. Mereka dapat informasinya terlambat,” tandasnya. (sumber:SM)